Terlihat, jembatan penghubung antar desa itu memiliki lantai papan yang sudah lapuk. Bahkan sebagian besar kayunya sudah jatuh ke sungai sehingga warga harus ekstra hati-hati jika bersikeras ingin melintas.
Untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah, salah seorang warga setempat meng-upload photo jembatan tersebut ke grup media sosial, dan menuai komentar yang beragam. Menurut Heru, saat dihubungi via WhatsApp, Senin (04/11/2019), jembatan itu dibangun pada 2013 lalu, dan saat ini Jembatan Gantung tersebut ditutup warga agar tidak ada yang melintasinya.
Jembatan itu digunakan oleh mayoritas warga setempat dan para pedagang untuk keluar masuk yang biasa dilewati oleh mobil dan motor mengangkut hasil perkebunan, seperti kopi dan kulit manis ke luar.
"Ini jembatan satu-satunya yang bisa diakses oleh masyarakat setempat. Kami harap ini bisa segera direhab. Jangan sampai ada korban jiwa baru direhab,” kata Heru.
Kondisi jembatan gantung tersebut rusak, ujarnya, sudah terlihat sejak 2017. Dia menyebutkan, warga sudah pernah swadaya membeli papan untuk menambal lantai jembatan yang bolong dan pihak pemerintah desa juga sudah pernah merehab papan lantai jembatan gantung tersebut. Namun, kini kondisinya sudah rusak kembali.
"Kalau ini dibiarkan terus, kami harus mengarungi sungai nanti buat angkut hasil pertanian ke luar karena khawatir kami jatuh kalau melintas di jembatan gantung tersebut,” katanya.
Pihak pemerintah desa Renah Kemumu bersama tokoh masyarakat sudah berkali-kali mengusulkan ke Pemkab dan DPRD Merangin, terkait Rehab jembatan gantung ini, namun hingga saat ini belum ada kejelasannya.
"Dari informasi Kades, dirinya sudah sering mengusulkan ke Pemkab Merangin untuk merehab jembatan gantung sungai Mengkabu ini dan bahkan mengajukan untuk dibuatkan Jembatan beton, namun tidak pernah ada jawaban," tutup Heru. (ndy)